Rabu, 10 Desember 2014

Bersyukur!




Hari ini, berapa kali kita marah, berbantah, dan bersungut-sungut? Satu masalah kecil membuat respon yang besar. 1 tekanan ringan membuat hati kita panas, mempersalahkan orang lain, bahkan mempersalahkan Tuhan. Tapi apa pernah 1 berkat kecil membuat kita bersyukur? Kita justru lebih peka terhadap masalah daripada kebaikan Tuhan. Saat 1 masalah kecil datang, kita langsung respon. Tapi ketika Tuhan menyatakan kebaikan-Nya, kita justru cuek dan ga peduli. Begitu gampang komplain tapi begitu sukar untuk bersyukur.

Disekolah dapat tugas susah, kita pasti langsung komplain. Ketika tugas itu bisa kita selesaikan, ga pernah tuh kita bersyukur. Kalau dapat tugas pasti langsung kesal, kalau kelas padat juga kesal. Lah jadi maunya apa?

Kalau di kantor dapat tekanan dari atasan, kerjaan sulit dan banyak. pasti hati langsung panas, kesal, dan komplain. Tapi pas pulang kantor bisa istirahat dan santai bareng keluarga jarang tuh kita bersyukur. Komplain-komplain dari kantor justru kita bawa kerumah.

Waktu ada pergumulan doanya panjang amat bisa sampe sejam + nangis-nangis. Tapi ketika doanya dijawab, doa syukur satu menit aja udah terasa lama.
Tapi puji Tuhan, Tuhan kita penuh kasih karunia. Walaupun kita begitu jahat, sombong , kasar, dan kadang tidak tahu diri, Tuhan tetap setia dan memberkati kita.


Roma 3 : 3 - 4 dan 2 Timotius 2 : 13

Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak!

Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya

1 Korintus 10 : 13 dan 1 Petrus 4 : 7

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.



Bersyukur!

Tuhan memberkati

Rabu, 03 Desember 2014

Kuasa Doa

Kuasa Doa
Doa adalah nafas orang percaya
Pernyataan di atas sering kali kita dengar dan tidak asing lagi di telinga kita. Pernyataan ini bisa dikatakan cukup tepat, doa adalah nafas rohani setiap orang percaya. Manusia yang tidak bernafas bisa dikatakan tidak hidup. Begitu juga dengan orang Kristen yang tidak berdoa bisa dikatakan mati secara rohani. Namun sangat disayangkan banyak orang Kristen yang tidak mengerti bagaimana caranya berdoa dan bagaimana meresponi setiap jawaban Tuhan. Tidak heran banyak yang bertanya “Mengapa doa saya tidak dijawab?” Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas seluk beluk mengenai doa.

Doa siapa yang berkuasa?
Banyak yang berkata kalau doa orang yang sedang menderita biasanya didengar Tuhan, atau doa orang yang baik biasanya didengar Tuhan. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa doa pendeta adalah doa yang lebih berkuasa (lebih didengar Tuhan), apakah benar demikian? Langsung saja kita cek kebenarannya melalui dua ayat ini.
Amsal 15:29, TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.
Yakobus 5:16b, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Dari dua ayat di atas kita bisa tahu bahwa doa yang berkuasa adalah doa orang benar. Ya memang karena dosa tidak ada orang yang benar di dunia ini, tetapi karena darah Yesus Kristus, kita telah dibenarkan dan ditebus menjadi umat pilihan Allah. Jadi doa setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi sangat besar kuasanya.

Ah yang benar doa ada kuasanya?
Kisah Para Rasul 16:25-26, Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Untuk yang belum yakin akan kuasa doa, ini mungkin merupakan salah satu contoh bagaimana kuasa doa yang sangat luar biasa bisa terjadi. Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji – pujian kepada Allah pada waktu mereka ada di dalam penjara, dan apa yang terjadi? Semua belenggu yang mengikat mereka lepas dan pintu penjara terbuka. Satu contoh ini sepertinya sudah cukup untuk dapat menggambarkan bagaimana besarnya kuasa doa.

Bukannya Tuhan sudah tau apa yang mau kita doakan, kenapa harus tetap berdoa?
Matius 6:8, Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
Walaupun Tuhan sudah tau apa yang akan kita doakan dan Tuhan sudah tau apa yang ada di dalam isi hati kita, kita harus tetap berdoa. Tuhan mau mendengar suara kita. Tuhan mau kita dekat dengan Dia. Doa juga merupakan hak istimewa yang sudah Tuhan berikan untuk setiap umat-Nya, kita dapat berbicara langsung kepada Tuhan melalui doa kita. Melalui doa, kita juga dapat lebih dekat dan mengenal Tuhan.
Lukas 22:40, Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Tuhan Yesus juga memerintahkan kita untuk berdoa agar kita tidak jatuh dalam pencobaan. Dalam setiap masalah kita, Tuhan Yesus mau kita datang kepada-Nya. Tuhan mau kita berdoa dan menyampaikan setiap masalah kita pertama – tama kepada-Nya. Dengan demikian kita bisa lebih kuat dan tidak jatuh di dalam pencobaan yang kita alami.

Doa seperti apa dan yang bagaimana yang dijawab Tuhan?
Matius 21:22, Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
Markus 11:24, Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
Banyak orang yang memakai dua ayat ini untuk membenarkan apapun doa mereka. Mereka merasa bahwa mereka sudah berdoa dengan penuh kepercayaan dan di dalam nama Tuhan Yesus. Namun tidak sedikit yang akhirnya mengeluh karena doanya ternyata tidak dijawab oleh Tuhan? Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini karena satu ayat ini tidak dihubungkan dengan ayat lainnya atau bisa dibilang asal comot ayat tanpa terlebih dahulu mengetahui arti yang sebenarnya. Tanpa berpanjang lebar ayo kita lihat doa yang seperti apa yang dijawab Tuhan.
Yohanes 15:7, Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Yang pertama adalah kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan Yesus dan Firman Tuhan Yesus juga tinggal di dalam kita? Apa artinya ini? Artinya adalah kita mengetahui apa kehendak Tuhan. Doa yang dijawab Tuhan adalah doa yang sesuai dengan kehendak-Nya. Bagaimana cara mengetahui kehendak Tuhan? Cara paling mudah adalah dengan membaca alkitab sehingga Firman Tuhan Yesus bisa ada di dalam kita. Selain itu berpuasa juga merupakan cara yang paling baik agar kita dapat mengetahui kehendak Tuhan. Intinya adalah mendekatkan diri pada Tuhan, semakin kita dekat Tuhan, semakin kita mengetahui isi hati Tuhan. Jika sudah demikian, pasti apa yang kita mau sama seperti yang Tuhan mau dan doa kita akhirnya dijawab karena kita berdoa sesuai kehendak-Nya.
1 Yohanes 3:22, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
1 Yohanes 3:23, Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
Dari ayat di atas kita dapat tahu bahwa kita memperoleh sesuatu karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Apa sih sebenarnya perintah-Nya itu? Perintah yang paling jelas adalah supaya kita percaya kepada nama Yesus dan saling mengasihi. Jadi, kita jangan terus menuntut, kita lakukan apa bagian kita, kita lakukan yang terbaik yang kita bisa dan melakukan segala perintah-Nya, bagian Tuhan adalah menjawab doa kita.

Kenapa doa saya tidak dijawab Tuhan?
Yakobus 4:3, Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
Berlawanan dengan pembahasan sebelumnya, kita juga harus tahu apa yang salah dengan doa kita kalau doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Alasan paling utama adalah karena kita salah berdoa, yaitu kita berdoa yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Doa yang tidak sesuai kehendak Tuhan sangat jelas, yaitu doa yang hanya ingin memuaskan nafsu kita. Misalnya berdoa meminta handphone baru walaupun sebenarnya kita tidak membutuhkannya, jelas ini hanyalah nafsu semata.
Markus 11:25, Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
Nah! Ini bisa jadi salah satu penghambat kenapa doa kita belum dijawab Tuhan. Kita harus terlebih dahulu membereskan dosa kita sebelum kita berdoa kepada Tuhan. Dan dosa kita tidak bisa dibereskan kalau kita belum dapat mengampuni orang lain. Jadi pada saat kita berdoa, kita tidak boleh masih menyimpan dendam atau kepahitan kepada orang lain.

Apakah doa harus menggunakan kata – kata yang bagus dan puitis?
Matius 6:7, Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
Kita tidak perlu merangkai terlebih dahulu kata – kata dan berpuisi ketika kita berdoa. Ya, memang Daud melakukannya, Daud menyampaikan doa yang indah bagaikan puisi, namun yang perlu diperhatikan adalah hati Daud juga memang sungguh – sungguh. Jika kita tidak bisa mengucapkan doa yang indah seperti Daud, itu sama sekali tidak masalah, karena apa yang Tuhan lihat adalah hati kita, bukan sekedar kata – kata kita.

Kalau Tuhan belum jawab ya dan belum jawab tidak juga bagaimana? Bagaimana juga kalau kita belum tahu kehendak Tuhan seperti apa?
Lukas 18:1, Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
Ya, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk terus berdoa dengan tidak jemu – jemu. Kita harus terus senantiasa berdoa. Jika doa kita masih belum ada jawaban walaupun kita tahu doa itu sesuai dengan kehendak Tuhan, kita harus terus senantiasa berdoa kepada Tuhan. Tetapi biasanya kita belum tahu apakah doa kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya atau belum, oleh karena itu kita juga harus tetap senantiasa berdoa dan berkata “Jadilah kehendak-Mu”. Jadi walaupun kita terus berdoa, kita juga tidak memaksakan semua isi doa kita dijawab, tapi membiarkan kehendak Tuhan saja yang jadi, baik itu memang sama dengan doa kita atau tidak.
Matius 6:10b, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Terakhir, saya ingin mengutip kata – kata Pendeta Philip Mantofa dalam tweetnya:
Berdoalah sampai sesuatu terjadi; berdoalah sekalipun tidak terjadi apa-apa; dan berdoalah tak peduli apapun yang terjadi!
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo kita jadikan doa sebagai suatu gaya hidup.
1 Tesalonika 5:17, Tetaplah berdoa.
Efesus 3:20, Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,

Minggu, 30 November 2014

Aku Penyandang AIDS

 Ketika itu aku berusia 18 tahun. Aku baru lulus ujian masuk STT Jakarta dengan peringkat nomor 2. Bukan sombong, aku memang murid SMU peringkat pertama di tingkat provinsi. Baru saja aku bersorak gembira, tiba-tiba ada kabar yang membuatku lemas. Ada susulan hasil pemeriksaan kesehatanku. Ternyata aku mengidap HIV/AIDS. Gereja pun langsung membatalkan pengutusanku ke STT.
Ibuku panik. Kami sekeluarga langsung minta diperiksa. Hasilnya lebih mengejutkan lagi. Ternyata bukan hanya aku, melainkan adik bungsu yang berusia 9 tahun juga mengidap AIDS. Yang luput hanya ibuku dan adikku yang berusia 11 tahun. Kami betul-betul dirundung malang.
Padahal dua bulan sebelumnya kami terkena musibah. Ayah dengan dua orang temannya ditembak. Jenazah mereka ditemukan di dekat jembatan. Ayah menggenggam buku bertuliskan namanya, yaitu Silas. Malam itu mereka pulang rapat menentang pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sebuah pabrik besar. Ayah guru kimia dan aktivis lingkungan hidup. Kepala polisi yang adalah sahabat kami berbisik, “Pengusutannya sulit, sebab pabrik ini milik kerabat istana.”
Nah, itu terjadi dua belas tahun lampau. Sejak itu hidup kami jadi derita dan penuh nestapa. Penyakitku makin mengganggu. Tetapi selain derita fisik, kami terpukul lebih berat dengan derita batin. Rasanya dunia seperti kiamat, sebab hampir tiap orang membuang muka. Tidak ada yang mau mendekat pada kami. Kami dianggap najis.
Untunglah ibuku masih tetap boleh bekerja. Ia guru SD. Tetapi sungguh menyakitkan sikap gereja terhadap kami. Ibuku adalah seorang penatua, lalu tiba-tiba ia menerima sehelai surat dari pendeta. Bunyinya, “Ibu Silas yang terkasih dalam Tuhan. Kami sangat mensyukuri pelayanan Ibu untuk gereja Tuhan. Namun, Tuhan ingin memakai anak-anak-Nya yang lain untuk melayani. Oleh sebab itu, masa jabatan Ibu sebagai penatua tidak diperpanjang. Kami berdoa kiranya pada masa depan Tuhan akan memakai Ibu lagi untuk melayani ladang Tuhan. Tuhan memberkati.” Wah, surat manis, yang penuh dihiasi nama Tuhan.
Akan tetapi, yang lebih menyakitkan hati adalah bahwa dalam khotbahnya pendeta berkata, “Semua penyakit adalah akibat dosa. Dan upah dosa adalah maut. Penyakit adalah kutukan. Sia-sia berobat ke dokter mana pun. Yang perlu adalah pelepasan dari kutuk.” Aku bingung, apakah pendetaku bisa berpikir atau tidak?
Yang juga mengecewakan adalah bahwa gereja penuh dengan slogan muluk. Berkali-kali ada seruan dari pucuk pimpinan gereja agar solider dan membela penderita HIV/AIDS. Solider apa? Membela apa? Mana wujudnya? Cuma pernyataan kosong. Jangankan solider, mengerti duduk perkaranya pun tidak. Pendetaku tidak tahu bahwa bayi tiga bulan pun bisa terjangkit AIDS. Jangankan membela, berjabatan tangan dengan aku pun pendeta itu tidak mau. Begitulah pendeta. Begitulah gereja. Cuma pandai berpura-pura. Senyum sini senyum sana, tetapi cuma topeng belaka. Sebut-sebut nama Tuhan, tetapi cuma perhiasan.
Sudah 12 tahun aku menderita lahir dan batin. Lalu pada suatu hari ketika berjalan di Blok M Kebayoran Baru, aku melihat kerumunan orang. Ada apa? Petugas parkir berkata, “Ada Nabi Isa.” Langsung aku mendekat dan ikut berdesak-desak. Benar, itu Yesus! Orang-Nya tinggi. Wajah-Nya serius. Suara-Nya berwibawa dan agak ketus. Rombongan-Nya bergerak maju. Aku berdesakan untuk mengejar. Aku sentuh jubah-Nya dari belakang.
Tiba-tiba Yesus menoleh dan memandangi orang-orang di sekitar-Nya. Lalu bagaikan seorang guru yang galak Ia bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Aku langsung gemetar karena takut. Lalu aku berlirih, “Aku, Tuhan, maafkan aku.”
Kemudian Yesus menatap wajahku dengan tajam. Sambil setengah menunduk aku berkata, “Namaku Anna. Aku sakit AIDS. Sudah 12 tahun. Aku dianggap najis oleh masyarakat.”
Yesus terus menatap wajahku sambil terdiam. Lalu Ia berkata, “Aku tahu.”
Setelah itu aku lebih terkejut lagi. Yesus memeluk aku! Ia mencium kedua pipiku!
Kemudian sambil memegang lenganku, Yesus berkata, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
Aku bagaikan meledak kegirangan. Aku gugup lalu berlari meninggalkan kerumunan itu. Aku melayang kegirangan.
Terengah-engah aku tiba di rumah. Bukan main! Aku bertemu Yesus! Semua orang menganggap aku najis, tetapi Yesus tidak beranggapan begitu! Ia memeluk aku! Ia mencium aku! Ini mirip cerita di Alkitab. Lalu cepat-cepat aku cari cerita itu. Benar, ada di Injil Markus 5:25-34.
Sejak hari itu, tiap pagi sebelum berangkat kerja, aku berdiri di depan cermin dan mengulangi kata-kata Yesus itu. Sambil meniru-nirukan intonasi dan artikulasi suara Yesus, aku berkata dengan suara nyaring, “Anna-Ku! Anna-Ku! Hai, Anna-Ku! Imanmu telah menyelamatkan engkau! Pergilah dengan selamat! Sembuhlah dari penyakitmu!”
Wah, aku jadi emosional menceritakan hal ini. Sampai-sampai aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Anna Irene Damaris Silas, disingkat AIDS.